Wednesday, 19 October 2011

Fiksi



Hitam, gelap, pekat… pasi
Duga dalam mimpi
Sembilu di hati


Perih, luka, memar… ilusi
Partisi dua ambisi
Merebak memecah sunyi

Kenapa harus sepi
Jika ada bunyi

Aah…

Semua penuh teka-teki
Laksana semu bertahta fiksi


Luka


Luka!
Ya aku memang terluka, perih
Lantas dengan begitu apa kau pantas mencaciku?
Seolah2 kau tidak akan pernah terluka?
Apa kau tau arti luka?

Ku yakin kau tau!
Dan kuyakin kau pasti pernah mengalaminya!
Bahkan kau lebih dari seorang yang terluka

Ya, kau adalah sang pembuat luka!
Kau seperti serigala di belantara liar
Selalu ingin melukai apa yang kau benci

Jangan kau tutupi wajahmu yang bengis itu
Dengan rupa malaikat berhati iblis
Kau tak pantas mengataiku!
Urus saja kepentinganmu!

Menari-narilah di kolam luka yang penuh debu itu
Kau tak bisa menggangguku
Percuma kautiupkan tawa yang luka itu
Aku tak butuh!

Aku masih punya Tuhan


Diam



Aku terbangun dalam sebuah kelambu yang tertutup rapat, 

membuaiku secara perlahan menuju sebuah gerbang luka yang begitu pekat, 

yang secara perlahan pula menjatuhkanku ke dalam oase,



yang bukan membuat bahagia,

sekali lagi bukan membuat bahagia,

bukan juga melepaskan dahaga, 

tapi menciptakan dahaga baru untuk menyembuhkan luka. 



Luka ini menjadi momok yang membuatku terpojok, 

tersudut ribuan bulir air yang berkelompok. 



Ingin rasanya berontak, teriak sampai memekak, 

namun malam terlalu gelap, dan langit begitu pekat. 



Lelah, seolah mati rasa, 

aku bukanlah petani yang pandai menyemai bibit asa menjadi rasa, 

yang piawai menumbuhkan impian jadi nyata. 



Aku hanyalah kurcaci yang hanya pandai menari, 

seorang balita yang senang melenggang dengan sebotol susu dalam genggaman. 



Aku diam.. 

Bukan pengecut, hanya saja lebih berharga daripada menuntut.




Aku

Aku bukan siapa - siapa
Aku hanya raga
Memang aku punya jiwa
Tapi mungkin mati rasa
Aku hanya diri
Yang sedikit berarti
Tak bisa pungkiri
Karena hati

Tuesday, 18 October 2011

Elegi Berdarah


Ke mana lagi aku harus mengejar mimpi..
Karena yang ada hanya ilusi…
Ke mana lagi aku harus berlari..
Karena yg ada hanya tmpat tuk berdiri..


Otakku menyerah..
Jantungku melemah..
Aku benar2 gelisah..
Tuhan, tolong jangan marah..


Aku bukan mencari-cari alibi..
Dengan luka sembilu yg tak terobati…
Tapi coba Engkau cermati..
Wajah ini benar-benar telah pucat pasi..


Aku gundah..
Diselimuti perasaan resah..
Aku lelah..
Berfantasi tanpa arah..

Inilah aku sang lukanya elegi kehidupan..
Tetap berjalan dengan jiwa yang berdarah..



Tuesday, 11 October 2011

Don't Ask


Entah kenapa, saya merasa sangat identik dengan judul di atas. 
Ya, Don't Ask.

Saya pribadi sangat menyukai kata itu. Kenapa? Di mana letak "menariknya" kata tersebut sehingga saya menarik kesimpulan bahwa saya menyukainya. 

Mungkin karena saya tipe orang yang tidak banyak bicara, malas ditanya ini itu yang ribet, apalagi kalau udah menyangkut soal pribadi.

Lucu juga mungkin ya kalau kata "Don't Ask" ini  direalisasikan dalam bentuk tattoo disalah satu bagian tubuh saya.

Jadi, ketika saya sedang malas atau bahkan tidak ingin menjawab sebuah pertanyaan dari siapapun itu orangnya, saya tinggal tunjuk: "Don't Ask"


Renungan Esok Hari



Kau tak harus perang untuk menang
Kau hanya perlu nasehat


Malam bukanlah gelap
Malam hanya bagian penat


Kita bukanlah malaikat
Kita hanya pendebat


Yang siap tertawa
Tapi tak ingin menangis


Untuk apa menari tanpa irama
Lebih baik diam penuh arti


Mungkin aku, kau dan dia
Telah durhaka pada dunia


Yang tak peduli lagi apa itu pelangi

Kosong

Bersembunyi di balik sendu
Menipu setiap mata yang tertuju
Ternyata luka itu sungguh syahdu
Tak bisa lagi menahan malu

Biarlah hujan terus turun
Menghiasi tahun demi tahun
Membuat mata ini begitu rabun
Tak tahu lagi beda kabut dan embun

Hidup tak lagi sama
Semua begitu fana
Benih-benih itu telah dipenuhi hama
Merusak semua asa

Tertawa tak bisa
Menangis pun sama
Tak ada suka
Tak ada duka

Lebih baik mata ini terpejam
Agar tak lagi melihat apa itu kejam
Biarlah telinga ini tertutup rapat
Agar tak lagi mendengar bisikan-bisikan sesat